Selasa, 29 Oktober 2013

Mengapa Al-Qurãn Merupakan Mu’jizat Yang Berbeda?

Membandingkan Al-Qurãn, sebagai mu'jizat Islam, dengan mu'jizat-mu'jizat  beberapa rasul sebelum Muhammad, kita melihat perbedaannya yang begitu yang begitu menyolok. Karena semua adalah kejadian yang berlangsung di masa lalu, mu'jizat Musa dan Isa tidak bisa dibuktikan kebenarannya baik oleh penganut Yahudi maupun Kristen, karena kejadian-kejadiannya tidak bisa menjadi bahan ujian. Di lain pihak, Al-Qurãn adalah sesuatu yang masih ada, dan mengajukan tantangan bagi setiap orang yang meragukannya untuk melakukan pengujian secara keseluruhan, sekehendak hati mereka. Barangkali inilah yang menyebabkan Al-Qurãn selalu menjadi bahan kajian dari masa ke masa.

Apakah gerangan mu'jizat itu?

Sifat sebuah mu'jizat adalah salah satu segi yang paling penting, karena apa yang disebut mu'jizat adalah sesuatu yang dikatakan orang sebagai bertentangan dengan hukum alam. Karena itu, penemuan-penemuan ilmiah, misalnya, bukanlah mu'jizat; karena gejala alam yang dikemukakan para penemu memang sudah ada di alam.

Karena itu, sebuah penemuan ilmiah tak pernah bisa dikembangkan menjadi tongkat yang bisa digunakan untuk membelah laut, seperti tongkat Musa (atau setidaknya kita belum menyaksikan hal itu).
Hanya Nabi Musa yang bisa membelah laut dengan tongkatnya, 'atas ijin Sang Pencipta dan Pengendali segala hukum. Bersamaan dengan itu, juga tak ada orang yang bisa menghidupkan orang mati dengan hanya menyentuhnya, kecuali Nabi Isa. Juga karena ijin Allah. Karena itu, mu'jizat adalah tantangan. Bukan bagi
kecerdasan manusia, tapi bagi kemampuan menaklukkan hukum alam.

Juga bagi mu'jizat yang harus diterima secara demikian, hal itu harus melibatkan keistimewaan setiap orang.
Bangsa Mesir, misalnya, unggul dalam ilmu sihir dari bangsa-bangsa lain di zaman Musa, namun mu'jizat Musa mengalahkan ilmu sihir mereka. Bangsa Israel di masa Isa, unggul dalam ilmu pengobatan, tapi ilmu mereka tidak mampu menghidupkan kembali orang mati.

Mu'jizat-mu'jizat demikian (bila benar-benar terjadi seperti yang dipercaya begitu!) hanya bisa dipercayai oleh para saksi mata, misalnya seperti para ahli sihir Fir'aun yang lantas mengakui kerasulan Musa tanpa ragu.

Mu'jizat Al-Qurãn

tidak berbeda dengan mu'jizat para rasul selain Muhammad. Bangsa Arab pada masa
Nabi Muhammad telah mencapai kesempurnaan berbahasa. Mereka percaya bahwa dalam
kemampuan berbahasa, mereka sudah mencapai taraf fashih, melebihi semua bangsa. Literatur mereka adalah bukti nyata. Tapi Al-Qurãn terbukti mengungguli kefasihan mereka, dan mengalahkan balãghah (sastra; retorika) mereka. Karena itu, mereka tak mampu memenuhi tantangan Al-Qurãn untuk menyusun satu surat, atau bahkah satu ayat saja, yang setara dengan surat atau ayat Al-Qurãn, dalam keunggulan sastranya.

Dengan demikian, Al-Qurãn menjadi mu'jizat yang nyata bagi mereka (bangsa Arab), sampai sekarang.∆

Sumber: What Everyone Should Know
About The Qur'an, Dr. Ahmed Abdel-Fattah Al-Laithy.

Tidak ada komentar: