Selasa, 29 Oktober 2013

Al-Qurãn Sebagai Kitab Sastra

Sudah jadi pengetahuan umum, di kalangan ulama tafsir, bahwa Al-Qurãn adalah sebuah kitab yang mempunyai nilai sastra yang tinggi.
Mungkin karena itulah pula, maka di dalam rentetan daftar "ilmu alat" untuk mempelajari Al-qurãn tercatat "ilmu balãghah", yang dulu disebut ilmu sastra Arab, tapi belakangan disetarakan dengan stilistika (stylistic), alias ilmu tentang gaya bahasa.


Dua jenis sastra
Bila kita bicara sastra, secara umum, ada dua jenis karya sastra, yaitu prosa dan puisi.
Ada pula dua unsur utama sastra, yaitu isi dan bentuk.
Dimaksud isi adalah nilai (moral; pelajaran) yang terkandung di dalamnya.
Dan bentuk adalah 'cara' bagaimana penulis menuangkan isi (pikiran, perasaan, pengetahuan, dst.) sehingga menjadi karya sastra dalam bentuk prosa maupun puisi, sesuai dengan ketrampilan berbahasa yang ada padanya.

Sajak Al-Qurãn
Al-Qurãn, tidak diragukan lagi, termasuk sastra berjenis puisi, dengan ciri sajak (persamaan bunyi akhir kata pada frasa dan atau kalimat) yang sangat menyolok! Dan ini merupakan salah satu ciri khas bahasa Al-Qurãn yang tidak bisa dialihkan ke dalam terjemahan bahasa apa pun. Karena itulah, H.B. Yassin boleh dikatakan gagal total ketika ia berusaha membuat puitisasi terjemahan Al-Qurãn.
Sebagai contoh, perhatikanlah surat akhir (114) dari Al-Qurãn ini (Surat An-Nãs):


(بسم الله الرحمن الرحيم)

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنْ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)

Tidak ada komentar: