Senin, 03 Februari 2014

Buku Perlajaran Bahasa Arab Di Perpustakaan Saya (1)


1. Yang mengalir seperti air
Saya baru bersentuhan dengan buku pelajaran bahasa Arab pada akhir tahun 1985. Waktu itu, di Pondok Pinang, Jakarta Selatan, saya nimbrung dalam kelompok pengajian yang dipimpin  mendiang Pak Abdullah bin Kambong.
Saya tak tahu kelompok pengajian itu dibentuk sejak kapan. Tahu-tahu, saya sudah harus menghadapi hidangan pelajaran ilmu nahwu dengan mengacu sebuah kitab kecil dan tipis yang dibagikan Pak Abdullah secara gratis. Buku itu berjudul Matnul-Ãjurûmiyyah karya Muhammad bin Dawud As-Shanhãjî.
Belakangan, saya baru tahu bahwa kitab mini tersebut sangat populer di dunia pesantren, dan para santri umumnya menyebut judulnya seenaknya saja. Ada yang menyebutnya Ajurmiyah, Jurumiyah, Jurmiyah, bahkan Ajrumiyah.
Entah karena populernya, kitab tersebut sampai melahirkan dua versi mitos sehubungan dengan pemberian judulnya. Mitos pertama menceritakan bahwa setelah menulis kitab tersebut, Imam Shanhaji (atau Shinhaji) mencelupkannya ke dalam air seraya mengatakan, “Ya Allah! Bila hasil karyaku ini berguna, maka jadikanlah tintanya tidak luntur oleh air!” Dan, konon, tinta yang digunakan Imam Shanhaji itu memang tidak luntur.
Mitos kedua mengisahkan bahwa Sang Imam melemparkan kitabnya itu ke air yang mengalir, sambil berpikir bila kitab itu hanyut, maka berarti kitab itu tak akan bermanfaat. Ternyata, kitab itu tidak hanyut, walau Sang Imam sudah berseru-seru, “Jur miyah, jur miyah!” (Alirkanlah wahai air).
Dengan demikian, menurut mitos-mitos tersebut, maka kitab itu diberi judul Al-Ãjûrumiyyah. Tentu saja tidak nyambung! Soalnya, ãjûrumiyyah bukankah berarti mengalir di air? Atau mengalir seperti air?
Nah, yang terakhir itu, mengalir seperti air, memang menjadi kenyataan. Kitab minimalis Al-Ãjûrumiyyah sampai sekarang terus ‘mengalir’ di tengah kita. Bahkan seperti sumber air yang tak pernah kering, para peminat ilmu nahwu terus menimba ilmu darinya!
***

Buku yang saya dapat dari Pak Abdullah itu benar-benar sangat minimalis. Lebarnya hanya 13,3 cm, panjangnya 20,4 cm, dan tebalnya hanya 2 mm.
Sebenarnya buku ini mencakup dua judul, yaitu Al-Ãjûrumiyyah dan uraiannya, yang ditulis oleh Syarifuddin Yahya Al-‘Imrîthî, dalam bentuk syair, dan diberi judul Nazhmul-Ãjûrumiyyah (Syair Al-Ãjûrumiyyah), dan di sini sering disebut kitab ‘Imrithî saja.
Dari buku setebal 35 halaman, termasuk 2 halaman daftar isi yang diletakkan di belakang (seperti biasa dalam buku-buku lama), naskah Al-Ãjûrumiyyah hanyalah terdiri dari 15 halaman. Tak heran bila naskah ini relatif mudah dihafal.
Isinya adalah dasar-dasar ilmu nahwu, dalam arti pendefinisian istilah-istilah ilmu nahwu secara ringkas dan jitu! Dengan demikian, naskah ini memang layak bertahan sepanjang zaman!
Tepatnya, daftar bahasan naskah ini adalah sebagai berikut:
1.        Definisi kalimat
2.        Kedudukan kata dalam kalimat
3.        Mengenal variasi tanda baca dan fungsinya
4.        Pembagian kata kerja
5.        Kata benda aktif
6.        Kata pelaku (subjek)
7.        Objek yang pelakunya tidak disebut
8.        Subjek dan predikat
9.        Partikel-partikel yang mempengaruhi subjek dan predikat
10.    Kata sifat
11.    Partikel penggandeng

12.    Partikel penegas
13.    Kata benda dalam posisi objek
14.    Objek langsung
15.    Akar kata (mashdar)
16.    Keterangan waktu dan tempat
17.    Keterangan keadaan
18.    Keterangan pengkhususan (spesifikasi)
19.    Partikel pengecualian
20.    Partikel yang berarti “tidak” atau “tidak ada”
21.    Kata seru
22.    Keterangan tentang sebab perbuatan
23.    Keterangan tentang beberapa pelaku yang melakukan hal yang sama
24.    Tentang sebab-sebab kata benda bertanda akhir kasrah