1. Kata ar-rahmãn maupun ar-rahîm keduanya merupakan kata sifat
yang sama-sama diambil dari rahmatun (rahmah), yang berarti
kasih-sayang. Keduanya
juga dibentuk dari pola-pola (wazn) yang mengandung arti “sangat” atau
“maha”. Banyak penafsir berpendapat bahwa yang pertama mengandung pengertian
umum (ditujukan kepada semua orang, bahkan makhluk), sedangkan yang kedua
bermakna khusus (hanya ditujukan kepada para mu’min). Pendapat tersebut bisa
dibenarkan bila kata ar-rahmãn dihubungkan dengan ar-rahmãnu
‘alal-arsyistawa... dan ar-rahîm dihubungkan dengan wa kana
bil-mu’ninina rahiman...
2.
Kata hamdun adalah pujian
yang berkaitan dengan kakaguman dan cinta. Bentuk definitifnya, al-hamdu adalah ungkapan tunggal bermakna jamak; yaitu mencakup berbagai bentuk
pujian, kekaguman, dan cinta yang secara keseluruhan hanya layak ditujukan
kepada Allah. Ada pendapat yang mengatakan bahwa hamdun lebih luas dari syukrun yang hanya merupakan ungkapan terimakasih untuk konteks pemberian
tertentu yang baru diterima.
3. Rabb(un) adalah istilah yang mencakup pengetian pencipta,
penyelenggara, pemelihara, pelindung, pengendali, pembimbing, pendidik, dlsb. Tak ada satu pun kata dalam bahasa Indoneia
yang setara dengan istilah rabb.
4.
Ãlamîna adalah jamak dari ‘ãlam(un) dalam bentuk majrũr(un).
Bentuk marfû’(un)-nya adalah ãlamũna. Makna istilah ini mengacu
kepada semua makhluk Allah, baik malaikat, jin, manusia maupun segala makhlum
yang terdapat di dalam semesta alam.
5.
Sungguh menarik bahwa matan (teks) Al-Qurãn dimulai
dengan penyebutan sifat-sifat utama Allah. Ini sepantasnya mengingatkan kita
bahwa tiada sesuatu pun di dalam semesta alam ini yang luput dari
penyelenggaraan, kendali, pemeliharaan, dan kasih-sayang Allah.
6.
Mãlik(un) selain berarti pemilik juga berarti penguasa, pemegang,
pengendali, dan sebagainya.
7. Yaum(un)
adalah
kata benda yang berarti waktu dalam arti bilangan waktu mulai dari detik
dan seterusnya. Bisa juga berarti kesatuan (unit) waktu tertentu seperti hari,
periode, zaman, kurun, dan sebagainya. Tapi dalam ayat ini
yang menjadi penentu maknanya adalah kata mãlik(un) dan ad-dĩn(u).
8.
Dĩn(un) adalah kata benda yang mempunyai banyak arti, sesuai dengan
konteksnya. Ia bisa berarti pengadilan, perhitungan, pembalasan, pemberian
imbalan, agama, jalan hidup, organisasi, komunitas (jama’ah), dan lain-lain.