Minggu, 27 Oktober 2013

Kefasihan Bahasa Al-Qurãn


Dr. Abdul Radhi Muhammad Abdul Mohsen

Kefasihan bahasa Al-Qurãn Ini mencakup:

A – Ungkapan (expression): kefasihan ungkapan Al-Qurãn mempunyai dua sisi: kemurnian, dan daya pukau.
B - Makna: kefasihan Al-Qurãn dari sisi makna begitu jelas dalam tiga sisi:

1. Maknanya jelas dalam kata-katanya sendiri.

2. Makna berpadu-padan dengan kata, sehingga tidak ada kekacauan dalam kata dan tidak pula dalam makna. Ada pepatah Arab mengatakan, “Pembunuhan menghentikan pembunuhan,” dan Allah mengatakan:
“Ada kehidupan di balik Qishahs... (2: 179)



3. Mengungkapkan banyak konsep secara singkat.

C – Susunannya: Keindahan susunan Al-Qurãn menonjol dalam hal berikut:

1. Kalimatnya harmonis.
2. Ukurannya seimbang dan tak pernah goyah.
3. Bila satu kata diambil dari tempatnya, lalu dicarikan penggantinya dari semua kosakata bahasa Arab, maka tak akan pernah ditemukan penggantinya. Ditegaskan oleh Allah:

“Alif-lãm-rã. (Inilah) Kitab yang (pertama-tama) ayat-ayatnya tersusun rapih, kemudian ditata berfasal-fasal berdasar (ilmu) Sang Mahabijak dan Mahapakar (11: 1).

D – Tamsil yang artistik:

Ini merupakan aspek baru (?) mu’jizat Al-Qurãn yang diungkapkan Sayyid Qutb, yang mempelajari asas-asas seni dan estetika Al-Qurãn dalam segi tamsil (perumpamaan; perbandingan). Al-Qurãn, kata Sayyid Qutb mengungkapkan gambaran imajiner dari pengertian ruhaniah, keadaan kejiwaan, kejadian nyata, pemandangan, manusia teladan dan sifat manusia. Kemudian, gambaran itu dibuat hidup atau digerakkan secara baru, sehingga pengertian ruhaniah (abstrak) menjadi sebuah pergerakan, situasi kejiwaan menjadi sesuatu yang tampak, gambaran manusia menjadi manusia yang hadir, dan sifat manusia menjadi kelihatan. Pendengar Al-Qurãn lupa bahwa ia sedang mendengarkan sebuah perumpamaan dan membayangkan dirinya sedang berhadapan dengan sebuah pemandangan yang ada di depan mata, atau sebuah kejadian berlangsung di hadapannya.


Sumber: Islaam.com

Tidak ada komentar: