H. Definisi Iman
Dalam uraian terdahulu disebutkan bahwa iman adalah
hasil abstraksi (pemahaman) kalbu, yang membentuk pola ucapan dan
mengarahkan segala tindakan. Dengan demikian, iman bisa disebut sebagai pandangan dan sikap hidup, atau bisa disingkat
menjadi hidup saja, atau secara psikologi adalah kepribadian.
Pandangan dan sikap hidup atau kepribadian,
selanjutnya melahirkan gaya
hidup atau akhlaq.
Telah diuraikan pula bahwa iman mempunyai
ruang-lingkup yang mutlak harus mencakup tiga wilayah, yaitu wilayah kejiwaan
(kalbu), wilayah kebahasaan (lisan), dan wilayah perilaku (amal).
Iman juga mempunyai nilai (kemampuan) yang pasti dan
menuntut harga (alat tukar) yang mutlak, tidak bisa ditawar.
Nilai iman sangat ditentukan oleh konsep (ajaran,
teori) yang menjadi landasannya. Bila konsepnya berasal dari Allah, nilainya
pasti, obyektif (haq). Bila bukan
dari Allah, nilainya pasti subyektif dan otomatis negatif (bathil).
Berdasar kenyataan-kenyataan di atas, selanjutnya
dapat disimpulkan bahwa definisi iman adalah:
1.
Iman
secara umum berarti “pandangan dan sikap hidup/kepribadian” berdasar konsep
yang haq/atau bathil. (Dalam pengertian ini, semua manusia adalah mu’min).
2.
Iman
secara khusus berarti “pandangan dan sikap hidup/kepribadian “ berdasar konsep
yang haq (dari Allah). Pelakunya
disebut “mu’min haq” atau singkatnya “mu’min” saja.
3.
Pelaksana
konsep bathil disebut “mu’min bathil”
alias “kafir.”
I. Alam Pikiran Mukmin dan
Kafir
Agar lebih gamblang, definisi iman
di atas, kita bentangkan menjadi sebuah ‘peta’ alam pikiran mukmin dan kafir
yang berbentuk sebagai berikut:
- Mu’min adalah orang (pribadi; indiuvidu) yang berpikir bahwa:
- Allah adalah pencipta dan perancang (konseptor) kehidupan; baik
kehidupan biologis maupun budaya.
b.
Allah menurunkan (mengajarkan) Al-Qurãn sebagai konsep
(petunjuk; pedoman) bagi manusia, untuk membangun kehidupan budaya (kebudayaan)
menurutNya.
c.
Al-Qurãn secara teknis diajarkan pertama kali kepada
Muhammad, untuk diajarkan kembali kepada manusia. Dengan demikian Muhammad
berkedudukan sebagai nabi (pembawa berita dari Allah) dan rasul (pembawa
risalah/missi dari Allah), dan sekaligus sebagai uswah (contoh; teladan) dalam mementaskan
ajaran Allah (Al-Qurãn).
d.
Dengan demikian, mu’min adalah pelaku atau pelaksana (fã’il) Al-Qurãn berdasar uswah
rasul. Dengan kata lain, mu’min adalah orang yang hidup alias berkepribadian Al-Qurãn menurut uswah rasul.
e.
Dengan demikian, mu’min
yakin (tahu pasti melalui informasi Al-Qurãn) bahwa alam semesta adalah makhluk yang tunduk
patuh pada hukum Allah (sunnatulah).
f.
Di lain pihak, selain
mengutus rasul pembawa risalah, Allah juga ‘melepaskan’ saithan (setan) sebagai
‘rasul laknat’, yang dibiarkan mengajarkan risalah bãthil.[1]
g.
Kafir adalah pelaksana
atau pelaku konsep batil (ajaran setan), yang secara garis besar terbagi
menjadi dua, yaitu:
i.
Ãmanû bil-Jibti (idealis).
ii.
Ãmanû bith-Thaghut (naturalis).
Allah sebagai Konseptor (Perancang) kehidupan adalah
Penguasa Tunggal atas seluruh makhluk-Nya. Makhluk-makhluk Allah, baik yang ada
di langit maupun di bumi, semua patuh pada Sunnah-Nya
(Sunatullah) secara pasif, kecuali
manusia.
Manusia adalah makhluk Allah yang
dirancang untuk membangun kehidupan kreatif, namun masih dalam batas-batas
kepatuhan terhadap-Nya. Kata Allah dalam Surat
al-A’raaf 7: 10:
Jelas sekali bahwa Kami menempatkan kalian di bumi dengan
menyediakan di dalamnya berbagai sarana kehidupan. (Tapi) sedikit sekali di
antara kalian yang bersyukur (berbuat sesuai rancangan).
Untuk menjadi makhluk yang bersyukur (hidup sesuai
rancangan Allah), manusia membutuhkan ilmu. Allah mengajarkan ilmu tersebut
melalui malaikat, kepada seseorang manusia yang dipilih menjadi Nabi atau
Rasul. Tapi setiap Nabi harus menjalankan tugas mereka dengan susah-payah,
karena:
Maka begitulah kenyataannya; Kami hadapkan setiap nabi dengan
musuhnya, (yaitu) para pendosa (penentang misinya). Namun cukuplah bimbingan Tuhanmu
sebagai petunjuk hidup yang menyelamatkan.
Biang dari musuh para Nabi adalah Iblis alias Setan,
yang dengan tegas mengatakan:
Maka karena Anda telah menvonisku sesat, akan kubuat mereka
menentang jalan hidup Anda yang lurus. Seterusnya aku akan ‘gempur’ mereka dari
depan, dari belakang, dari kiri, dan dari kanan mereka, sehingga Anda lihat
nanti kebanyakan mereka menjadi orang-orang yang kufur (al-A’raaf 7: 16-17)
Setan dibebaskan oleh Allah menjadi ‘rasul’ kaum Kafir
(Surat Maryam 83), sehingga dengan demikian otomatis setan pun membangun sunnah
(jalan hidup) sendiri, untuk menandingi sunnah Rasulullah. Manusia dibebaskan
untuk memilih salah satu di antara kedua sunnah tersebut. Firman Allah dalam Surat al-Balaad 90: 8-10)
Bukankah Kami melengkapinya (manusia) dengan dua mata, satu lidah,
dan dua bibir, serta Kami bentangkan baginya dua jalan kehidupan (haq dan
bathil)?
Tidak ada pemaksaan dalam mengikuti din ini (Islam), (karena) telah jelas (mana) din yang Benar dan
yang Salah. Maka siapa pun yang menentang (din)
Kenyataan Hidup Bathil
Bathil adalah lawan dari haq.
Pengertiannya secara harfiah adalah: tak berguna, sia-sia, palsu, tidak benar;
ganjil, tak berdasar, tak bernilai; cacat, tidak sah; penipuan, dusta, kepalsuan, dsb.[2]
Kenyataan hidup bathil adalah hasil dari iman bathil
(pandangan dan sikap hidup berdasasr ajaran bathil).
Ini merupakan “taqdir syarr”, sebagai
resiko dari pilihan atas najdu-sarr,
yaitu pandun atau pola hidup yang buruk. Kenyataan hidup demikian dalam Qur’an
sering disebut dengan istilah nãr, neraka. Surat
al-Hijr 15: 43-44, menggambarkan neraka demikian:
Maka (bagi para pengikut Iblis) Jahanam menjadi suatu risiko yang
pasti bagi mereka semua. Di dalamnya ada tujuh kelompok. Dalam tiap kjelompok
ada pecahan kelompok tertentu.
Apakah
ayat-ayat tersebut merupakan gambaran neraka di alam akhirat nanti? Surat al-Baqarah 2: 201
mengisyaratkan suatu jawaban:
Di antara mereka (“jama’ah haji”) ada yang berdoa: “Wahai pembimbing
kami, perkenankanlah kami menikmati hasanah di dunia ini dan di akhirat nanti;
serta lindungi kami dari azab neraka.”
Ayat
di atas jelas menyebut hasanah
(kehidupan yang baik) sebagai lawan dari nar
(neraka, kehidupan yang buruk). Dengan demikian hasanah adalah sinonim dari jannah,
yang biasa kita artikan surga. Bila surga ada dua, tentu nereka pun ada dua
pula.
Dalam sebuah Hadits diceritakan bahwa Nabi Muhammad
pernah menegaskan; baiti jannati (rumahtanggaku
adalah surgaku). Hadits ini menegaskan bahwa salah satu perwujudan dari ‘surga
dunia’ adalah keadaan rumahtangga Rasulullah. Karena cara hidup Rasulullah
diteladani oleh para sahabatnya, yaitu kaum mu’min, maka otomatis kenyataan hidup mu’min secara keseluruhan, secara sosial dan budaya, adalah ‘surga
dunia’. Sebaliknya otomatis kenyataan sosial-budaya kaum kafir adalah ‘neraka
dunia’.
Bagaimanakah gambaran konkrit neraka dunia itu?
Setiap manusia dewasa ini dihadapkan kepada kenyataan
sosial dalam bentuk sosial-piramid. Yaitu gambaran keadaan di mana di atas
pundak si tidak punya (buruh) duduk lah si berpunya, dan di atas si berpunya duduklah golongan
yang berkuasa, dan di atas segala-galanya duduklah seorang manusia yang
mahakuasa – suatu gambaran exploitation
of man by man. Keadaan yang
demikian berlaku di seantero permukaan bumi ini, semenjak zaman (pra) sejarah
sampai sekarang ini, di dalam benteng Dunia Merdeka, di belakang Tirai Besi,
dan di setiap kehidupan nasional, di mana setiap manusia di abad ke-20 ini
dengan harap-harap cemas mengidam-idamkan perbaikan dan penyelesaian.[3]
Bila dituang ke dalam sketsa
segitiga ABC maka gambaran kehidupan sosial-piramid tersebut nampak seperti
berikut ini:
Angka tujuh
dalam ayat di atas hanyalah lambang bagi bilangan yang
banyak. Dalam kenyataan tingkatan atau pengelompokan itu tidak harus persis
berjumlah tujuh. Agama Hindu, misalnya membagi manusia ke dalam 5 kasta, yaitu:
Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra, Paria.
Dalam kehidupan nasional Indonesia , berdasar status ekonomi,
bangsa Indonesia
terbagi menjadi 5 kelas pula, yaitu: kelas atas, kelas menengah ke atas, kelas
menengah, kelas menengah ke bawah, kelas bawah.
Hirarki kekuasaan presiden Marcos digambarkan
istrinya, Imelda Marcos dalam bentuk piramida bertingkat sembilan:
1.
President
2.
PM + 30
ministers
3.
77
Governors
4.
200
Parliamentarians
5.
1700
Mayors
6.
4200
Barangay Captains
7.
900.000 barangay
Brigades
8.
27.
000.000 Brigade members
9.
50 Milions
Filipinos
Vladimir Kvint, seorang ahli ekonomi Uni Soviet, yang
telah mengkaji susunan kekuasaan politik di negara-negara sosialis,
menyimpulkan bahwa The hierarchy of
despotic power is in the shape of a triangle. Only one person can make things
happen – the man at the top. (hierarki kekuasaan dzalim selalu berbentuk segitiga –piramida. Hanya satu orang yang
dapat membuat sesuatu terjadi – yaitu
orang yang di puncak kekuasaan).[4]
Itulah Towering
Inferno. Sebuah ‘neraka’ yang berujud bangunan (struktur) yang menjulang
tinggi. Itulah bentuk kehidupan yang dalam Surat al-Baqarah 36 dan al-A’raaf 7:24 disebut sebagai ba’dhukum li ba’dhin ‘aduwwun (satu sama
lain saling bermusuhan, bersaing tidak sehat, berbaku-hantam). Surat al-Baqarah 85 memberikan gambaran lebih
tegas, demikian:
85. Kemudian kamu (Bani
Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada
kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan
membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai
tawanan, kamu tebus mereka, Padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang
bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebahagian al-Kitab (Taurat) dan ingkar
terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah Balasan bagi orang yang berbuat
demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari
kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah
dari apa yang kamu perbuat.[5]
… segolongan kalian
membunuh segolongan yang lain, segolongan menggusur golongan yang lain dari
kampung mereka dengan melontarakan tuduhan bahwa mereka berkomplot dalam
kejahatan dan permusuhahn. Bila mereka menjadi tawanan, kalian meminta
tebusan. Padahal (dalam kitan ditegaskan
bahwa) pengusiran atas mereka itu terlarang. Apakah kalian akan terus
melaksanakan sebagian isi Kitab sambil mengabaikan bagian yang lainnya? Maka
ganjaran bagi kalian yang berbuat demikian hanyalah kehidupan nista di
sepenjuru dunia, sampai pada saat tegaknya hukum Allah nanti dijerumuskan ke
dalam siksaan paling berat. Camkanlah bahwa Allah samasekali tidak pernah
mengabaikan tindak-tanduk kalian.
Dalam soal
pembagian rezeki, dalam Surat
an-Nahl 16:71 Allah mengungkapkan pelanggaran mereka atas peraturannya:
Allah melebihkan segolongan kalian atas segolongan yang lain dalam
pendapatan rezeki (sesuai posisi masing-masing). Tapi mereka yang mendapatkan
lebih (para boss) tidak mau berbagi dengan orang-orang yang jadi tanggungan
mereka (buruh, orang miskin) demi merasakan kenikmatan yang sama. Apakah kalian
hendak menyangkal bahwa yang kalian dapatkan itu hanyalah anugerah Allah?
[1] Rasul adalah kata benda
yang dibentuk dari kata kerja arsala, yang bisa berati mengutus atau
melepaskan. Lihat surat Maryam ayat 83.
[2] Hans Wehr, A Dictionary of
Modern Written Arabic.
[3] Menuju al-Madinatul
Munawwarah, Isa Bugis, 1960.
[4]Majalah Vanity Fair, 1990.
[5]Ayat ini berkenaan dengan cerita orang Yahudi
di Madinah pada permulaan Hijrah. Yahudi Bani Quraizhah bersekutu dengan suku
Aus, dan Yahudi dari Bani Nadhir bersekutu dengan orang-orang Khazraj. antara
suku Aus dan suku Khazraj sebelum Islam selalu terjadi persengketaan dan
peperangan yang menyebabkan Bani Quraizhah membantu Aus dan Bani Nadhir
membantu orang-orang Khazraj. sampai antara kedua suku Yahudi itupun terjadi
peperangan dan tawan menawan, karena membantu sekutunya. tapi jika kemudian ada
orang-orang Yahudi tertawan, Maka kedua suku Yahudi itu bersepakat untuk
menebusnya kendatipun mereka tadinya berperang-perangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar