Minggu, 07 Desember 2014

Catatan Ringkas Surat Ali-‘Imrān

 Periode pewahyuan
Surat ini membahas empat masalah: Masalah pertama (ayat 1-32) diperkirakan turun segera setelah Perang Badar. Masalah kedua (ayat 33-63), turun pada tahun ke-9 H, pada masa kunjungan perwakilan dari kaum Kristen Najran. Masalah ketiga (ayat 64-120), diperkirakan turun tak lama setelah yang pertama. Masalah keempat (ayat 121-200), turun setelah Perang Uhud.

Pokok bahasan
Meski wacana-wacana tersebut diwahyukan pada masa-masa yang berbeda, namun semua saling berkaitan dan berkesinambungan dengan tema pokok yang membuat semua menjadi kesatuan yang utuh. Surat ini secara khusus dialamatkan kepada Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), dan para pengikut Nabi Muhammad.
Pesan yang disampaikai kepada mereka di sini adalah kelanjutan dari pesan yang disampaikan dalam surat Al-Baqarah, yang di sana mereka diperingatkan tentang kesalahan iman dan kerusakan moral, dan dinasihati untuk menerima pemulihan kebenaran melalui Al-Qurãn. Di sini mereka diberi tahu bahwa Muhammad diajari cara hidup yang sama dengan para rasul mereka sendiri (yang berkebangsaan Yahudi); yang tak lain merupakan Jalan Yang Lurus; sehingga setiap penyimpangan berarti salah, bahkan menurut Kitab-Kitab mereka sendiri.
Sasaran kedua, para Muslim, yang dalam surat Al-Baqarah telah dinyatakan sebagai umat terbaik (khairu ummah) dan dipilih sebagai pembawa obor kebenaran, dipercaya untuk menjalankan tugas membawa perbaikan bagi dunia. Hal ini ditegaskan kembali dalam surat ini. Para Muslim diperingatkan untuk mengambil pelajaran dari kemerosotan moral umat-umat terdahulu, karena mereka menyimpang dari jalan yang benar. Mereka diingatkan tentang tugas yang bersifat memperbaiki keadaan. Selain itu, mereka juga diajari bagaimana cara menghadapi para Ahli Kitab dan kaum munafik yang mempunyai cara tersendiri dalam merintangi Jalan Allah. Di atas segalanya, mereka juga diperingatkan untuk tidak mengulang kesalahan yang mereka lakukan dalam Perang Uhud.

Latar belakang
Berikut ini adalah latar belakang penurunan surat Ali ‘Imran:       
1.      Para Mu’min telah mengalami berbagai macam cobaan dan kesulitan yang sebelumnya telah diinformasikan dalam surat Al-Baqarah. Meskipun mereka telah unggul dalam Perang Badar, mereka belum bebas dari bahaya. Kemenangan mereka telah meningkatkan rasa permusuhan semua penguasa di tanah Arab yang menentang gerakan Islam. Tanda-tanda badai ancaman telah mulai bermunculan dari berbagai arah, membuat para Muslim selalu dalam ketakutan dan kecemasan. Madinah, yang pada saat itu berukuran tak lebih dari sebuah desa, tak ubahnya makanan empuk yang siap ditelan oleh gabungan kekuatan yang ada di sekelilingnya. Keadaan darurat perang ini juga diperparah oleh keadaan ekonomi yang memburuk setelah kedatangan para pengungsi (muhajirun) dari Makkah.
2.      Selain itu, di Madinah saat itu juga ada desa-desa Yahudi yang para penghuninya selalu melancarkan gangguan. Mereka merusak perjanjian yang dibuat bersama Rasulullah. Karena itulah dalam Perang Badar mereka memilih untuk berpihak kepada kaum musyrik, meski secara kepercayaan kepada Allah, rasul, dan hari akhir mereka sama dengan para Muslim. Setelah Perang Badar, mereka bahkan secara terang-terangan menghasut kaum Quraisy dan suku-suku Arab lain untuk melampiaskan dendam terhadap para Muslim. Demgan demikian suku-suku Yahudi itu mengabaikan pertemanan mereka dengan suku-suku Arab Madinah yang telah terjalin selama berabad-abad. Akhirnya, ketika sikap khianat dan pelanggaran janji mereka sudah tak bisa dibiarkan lagi, Rasulullah pun melancarkan serangan pada Banu Qainuqa, suku yang paling pengkhianat di antara mereka, yang telah berkomplot dengan kaum munafik dan musyrik Arab Madinah untuk mengepung kaum Muslim dari berbagai arah.Makin lama ancaman makin meningkat, sampai nyawa Rasulullah pun ikut terancam. Karena itu, para sahabat selalu tidur dengan membawa senjata, selalu melakukan ronda malam untuk berjaga-jaga dari serangan mendadak mereka. Dan kapan saja Rasulullah hilang dari pandangan, mereka segera sibuk mencari.
3.      Hasutan dari Yahudi seolah menjadi bahan bakar bagi hati kaum Quraisy yang memang dipenuhi dendam. Mereka mulai mempersiapkan diri untuk menebus kekalahan dalam Perang Badar. Setahun setelah itu, mereka mengerahkan 3000 tentara untuk menyerang Madinah. Di lain pihak, Rasulullah hanya bisa menghimpun 1000 tentara, untuk menyambut mereka di medan merang di dekat bukit Uhud. Dalam perjalanan, 300 orang di antara mereka, kaum munafik, keluar dari pasukan dan kembali ke Madinah. Sedangkan sebagian kecil dari mereka masih ikut dalam pasukan yang tinggal 700 orang. Mereka memainkan peran untuk mengobarkan pengkhianatan dan kekacauan dalam barisan Rasulullah ketika pertempuran berlangsung. Ini merupakan isyarat awal bahwa di dalam jama’ah Muslim akan selalu banyak musuh dalam selimut, yang akan selalu siap untuk bekerja-sama dengan musuh dari luar.
4.      Kendati aparat munafik telah memainkan perannya, kelemahan kaum Muslim sendiri tak kurang berperan menyebabkan kekalahan dalam Perang Uhud. Dan agaknya itu merupakan hal yang biasa bagi sebuah komunitas yang baru terbentuk oleh sebuah ideologi, dan belum terlatih matang secara fisik maupun moral. Dengan sendirinya, Perang Uhud merupakan ajang pelatihan fisik dan moral pertama yang keras bagi mereka. Karena itulah Perang Uhud harus dipelajari secara cermat untuk menyadarkan kaum Muslim akan kelemahan mereka, dan untuk memberikan petunjuk-petunjuk demi perbaikan mereka. Perlu dicatat pula bahwa penelaahan Perang Uhud di sini sangat berbeda dari yang biasa dilakakukan.


Bimbingan
Surat ini adalah sambungan surat Al-Baqarah, dan dengan demikian juga merupakan undangan lanjutan bagi para Ahli Kitab. Dalam Al-Baqarah, Yahudi diimbau secara langsung untuk menerima gimbingan Allah. Dalam surat ini yang disapa langsung adalah kaum Kristen. Mereka diminta untuk menyudahi kesalahan iman, dan diharapkan menerima bimbingan Al-Qurãn. Pada saat yang sama, kaum Muslim diperintahkan untuk menumbuh-suburkan kebenaran, yang bisa menjamin mereka untuk menunaikan tugas menyebarkan Bimbingan Allah. ***

Tidak ada komentar: