Selasa, 25 November 2014

Catatan Ringkas Tentang Surat Al-Baqarah




Urutan
Meskipun ini merupakan surat Madani, urutannya diletakkan persis setelah Sūrah Al-Fātihah, yang berakhir dengan doa: “Tunjukilah kami jalan yang lurus.”  Surat ini dimulai dengan jawaban atas doa tersebut, “Itulah Kitab... yang merupakan petunjuk...”
Sebagian bersat surat ini diwahyukan dalam dua tahun pertama kehidupan Rasulullah di Madinah. Sebagian kecilnya diwahyukan belakangan...

Latar belakang sejarah
Untuk memahami surat ini, kita harus mengetahui latar belakang sejarahnya:

1.      Di Makkah, Al-Qurãn umumnya ditujukan kepada kaum musyrik yang tidak mengenal Islam, tapi di Madinah Al-Qurãn juga ditujukan kepada kaum Yahudi yang telah mengetahui tentang Allah, kerasulan, wahyu, akhirat dan malaikat. Mereka juga mengakui bahwa mereka mempercayai hukum yang diwahyukan Allah kepada rasul mereka, Musa, dan secara prinsip, agama mereka sama dengan agama yang diajarkan kepada Nabi Muhammad. Tapi mereka telah menyimpang jauh selama berabad-abad kemerosotan dan telah mengadopsi kepercayaan-kepercayaan, ritus-ritus dan kebiasaan-kebiasaan yang tidak dijarkan di dalam Taurat. Tidak hanya itu. Mereka juga telah mengubah Taurat dengan menyusupkan peerkataan dan tafsir-tafsir mereka sendiri ke dalam naskahnya. Mereka bahkan telah mengubah ayat-ayat Allah yang masih mereka pertahankan, dengan menghilangkan ‘ruh’ yang sebenarnya dari ajaran Allah dan memasukkannya ke dalam ritus-ritus hampa makna. Alhasil, kepercayaan-kepercayaan mereka, moral-moral dan perilaku mereka telah jatuh terpuruk sedemikian rupa. Malangnya, mereka bukan hanya puas dengan keadaan mereka tapi juga mereka terikat keadaan itu. Selain itu, mereka tidak lagi memiliki niat atau kecenderungan untuk menerima perbaikan. Dengan demikian, mereka merupakan musuh paling sengit terhadap siapa pun yang datang untuk mengajarkan kebenaran, dan mereka melakukan berbagai cara paling keji untuk menggagalkan usaha seperti itu. Meski semula mereka Muslim, mereka telah membelok dengan tiba-tiba dari Islam yang sebenarnya. Mereka membuat pembaruan-pembaruan (bid’ah) dan perubahan-perubahan, serta menjadi korban perpecahan dan pengelompokan. Mereka telah melupakan dan mengabaikan Tuhan, dan mulai memuja kekayaan bendawi. Sebegitu jauhnya mereka melangkah, sehingga mereka tidak mau lagi menggunakan sebutan Muslim, lalu menggunakan nama Yahudi, dan menjadikan agama Allah (yang sudah mereka aduk-aduk) sebagai monopoli bangsa Israel. Begitulah keadaan mereka ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah dan mengajak Yahudi untuk kembali kepada Islam. Itulah sebabnya lebih dari sepertiga dari surat Al-Baqarah berisi seruan terhadap bangsa Isarael (Bani Isra’il). Tinjauan kritis sejarah mereka, kemerosotan moral mereka, dan penyimpangan agama mereka dinyatakan. Seiring dengan itu, ketinggian nilai moral dan asas-asas pendirian dari agama murni telah diajukan kepada mereka, untuk menjelaskan secara gamblang kemerosotan yang timbul bisa suatu kaum menyimpang dari ajaran yang benar, dan untuk membuat garis pemisah antara kepatuhan yang nyata dengan kebohongan.
2.      Di Makkah, da’wah Islam dipusatkan terutama pada asas-asas utama dan pemantapan moral para Muslim. Tapi setelah Rasulullah hijrah, dan para Muslim dari seluruh kawasan Arabia berdatangan ke Yasrib, yang kemudian menjadi negara kecil Madinah, pengajaran Al-Qurãn mulai fokus pada masalah-masalah sosial, budaya, ekonomi, politik, dan hukum. Hal inilah yang membedakan wahyu yang turun di Makkah dengan yang turun di Madinah. Karena itu sekitar separuh surat ini mengacu pada masalah-masalah kekompakan dan persaudaraan umat, dan pemecahan masalah-masalah yang dihadapinya.


Setelah hijrah, perselisihan antara Muslim dan Kafir juga memasuki tahapan baru. Sebelum hijrah, para Muslim, yang hanya berda’wah di tengan suku-suku dan kabilah-kabilah mereka, harus menghadapi segala masalah secara sendiri-sendiri. Tapi setelah hijrah, setelah umat Islam terbentuk dari berbagai unsur bangsa Arab, keadan pun berubah. Mereka telah memiliki negara kota sendiri yang merdeka. Masalah yang timbul kemudian adalah bagaimana mempertahankan kelangsungan hidup umat yang baru itu, karena seluruh non-Muslim di Arabia telah dikerahkan untuk menghancurkan mereka. Karena itu, instruksi-instruksi demi keberhasilan dan ketahanan pun diajarkan dalam surat ini:
a.      Umat diharapkan untuk bekerja dengan semangat tinggi untuk menda’wahkan ideologinya, yang dengan itu otomatis akan memperbesar jumlah mereka.
b.      Dengan demikian, akan tampak di mata musuh bahwa mereka tidak bisa lagi meragukan posisi mereka yang salah.
c.       Hal itu juga akan menyemangati umat (yang kebanyakan tak punya tempat tinggal, miskin, dan dikelilingi musuh), untuk berjuang lebih keras dan berani.
d.      Mereka juga akan selalu siap untuk menghadapi ancaman militer, yang bisa datang dari setipa penjuru untuk menekan dan menghancurkan ideologi mereka. Mereka akan siap untuk berjuang mati-matian tanpa peduli seberapa besar kekuatan musuh.
e.      Mereka juga harus membangun keberanian untuk melenyapkan sifat dan cara buruk, demi tegaknya cara hidup Islami.

Pada masa pewahyuan surat Al-Baqarah, berbagai bentuk kemunafikan mulai muncul. Karena itulah, Allah memberitahukan ciri-ciri kemunafikan tersebut. Dan ketika sifat-sifat buruk mulai muncul Allah pun mengajarkan bagaimana cara menghadapinya.

Tema: Bimbingan
Sursat ini berisi ajakan untuk mengikuti bimbingan Allah. Semua kisah, peeristiwa, dan lain-lain, berputar di sekitar tema inti ini. Karena surat ini juga dialamatkan kepada Yahudi, maka banyak peristiwa sejarah dikutip dari sepak-terjang mereka, untuk memperingatkan dan menasihati mereka bahwa kebaikan mereka terletak pada penerimaan mereka terhadap bimbingan yang diwahyukan kepada Rasulullah saw. Mereka dianjurkan untuk menjadi bangsa pertama yang menerima Al-Qurãn karena pada hakikatnya isinya sama dengan yang dulu diajarkan kepada Nabi Musa. ***

*Shaheeh International Translation.

Tidak ada komentar: