Urutan
Meskipun ini merupakan surat
Madani, urutannya diletakkan persis setelah Sūrah Al-Fātihah, yang berakhir
dengan doa: “Tunjukilah kami jalan yang lurus.”
Surat ini dimulai dengan jawaban atas doa tersebut, “Itulah Kitab...
yang merupakan petunjuk...”
Sebagian bersat surat ini
diwahyukan dalam dua tahun pertama kehidupan Rasulullah di Madinah. Sebagian
kecilnya diwahyukan belakangan...
Latar belakang sejarah
Untuk memahami surat ini, kita
harus mengetahui latar belakang sejarahnya:
1.
Di Makkah,
Al-Qurãn umumnya ditujukan kepada kaum musyrik yang tidak mengenal Islam, tapi
di Madinah Al-Qurãn juga ditujukan kepada kaum Yahudi yang telah mengetahui
tentang Allah, kerasulan, wahyu, akhirat dan malaikat. Mereka juga mengakui
bahwa mereka mempercayai hukum yang diwahyukan Allah kepada rasul mereka, Musa,
dan secara prinsip, agama mereka sama dengan agama yang diajarkan kepada Nabi
Muhammad. Tapi mereka telah menyimpang jauh selama berabad-abad kemerosotan dan
telah mengadopsi kepercayaan-kepercayaan, ritus-ritus dan kebiasaan-kebiasaan
yang tidak dijarkan di dalam Taurat. Tidak hanya itu. Mereka juga telah
mengubah Taurat dengan menyusupkan peerkataan dan tafsir-tafsir mereka sendiri
ke dalam naskahnya. Mereka bahkan telah mengubah ayat-ayat Allah yang masih
mereka pertahankan, dengan menghilangkan ‘ruh’ yang sebenarnya dari ajaran
Allah dan memasukkannya ke dalam ritus-ritus hampa makna. Alhasil,
kepercayaan-kepercayaan mereka, moral-moral dan perilaku mereka telah jatuh
terpuruk sedemikian rupa. Malangnya, mereka bukan hanya puas dengan keadaan
mereka tapi juga mereka terikat keadaan itu. Selain itu, mereka tidak lagi
memiliki niat atau kecenderungan untuk menerima perbaikan. Dengan demikian,
mereka merupakan musuh paling sengit terhadap siapa pun yang datang untuk
mengajarkan kebenaran, dan mereka melakukan berbagai cara paling keji untuk
menggagalkan usaha seperti itu. Meski semula mereka Muslim, mereka telah
membelok dengan tiba-tiba dari Islam yang sebenarnya. Mereka membuat pembaruan-pembaruan
(bid’ah) dan perubahan-perubahan, serta menjadi korban perpecahan dan
pengelompokan. Mereka telah melupakan dan mengabaikan Tuhan, dan mulai memuja
kekayaan bendawi. Sebegitu jauhnya mereka melangkah, sehingga mereka tidak mau
lagi menggunakan sebutan Muslim, lalu menggunakan nama Yahudi, dan menjadikan
agama Allah (yang sudah mereka aduk-aduk) sebagai monopoli bangsa Israel.
Begitulah keadaan mereka ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah dan mengajak
Yahudi untuk kembali kepada Islam. Itulah sebabnya lebih dari sepertiga dari
surat Al-Baqarah berisi seruan terhadap bangsa Isarael (Bani Isra’il). Tinjauan
kritis sejarah mereka, kemerosotan moral mereka, dan penyimpangan agama mereka
dinyatakan. Seiring dengan itu, ketinggian nilai moral dan asas-asas pendirian
dari agama murni telah diajukan kepada mereka, untuk menjelaskan secara gamblang
kemerosotan yang timbul bisa suatu kaum menyimpang dari ajaran yang benar, dan
untuk membuat garis pemisah antara kepatuhan yang nyata dengan kebohongan.
2.
Di Makkah,
da’wah Islam dipusatkan terutama pada asas-asas utama dan pemantapan moral para
Muslim. Tapi setelah Rasulullah hijrah, dan para Muslim dari seluruh kawasan
Arabia berdatangan ke Yasrib, yang kemudian menjadi negara kecil Madinah,
pengajaran Al-Qurãn mulai fokus pada masalah-masalah sosial, budaya, ekonomi,
politik, dan hukum. Hal inilah yang membedakan wahyu yang turun di Makkah
dengan yang turun di Madinah. Karena itu sekitar separuh surat ini mengacu pada
masalah-masalah kekompakan dan persaudaraan umat, dan pemecahan masalah-masalah
yang dihadapinya.
Setelah hijrah, perselisihan
antara Muslim dan Kafir juga memasuki tahapan baru. Sebelum hijrah, para
Muslim, yang hanya berda’wah di tengan suku-suku dan kabilah-kabilah mereka,
harus menghadapi segala masalah secara sendiri-sendiri. Tapi setelah hijrah,
setelah umat Islam terbentuk dari berbagai unsur bangsa Arab, keadan pun
berubah. Mereka telah memiliki negara kota sendiri yang merdeka. Masalah yang
timbul kemudian adalah bagaimana mempertahankan kelangsungan hidup umat yang
baru itu, karena seluruh non-Muslim di Arabia telah dikerahkan untuk
menghancurkan mereka. Karena itu, instruksi-instruksi demi keberhasilan dan
ketahanan pun diajarkan dalam surat ini:
a.
Umat
diharapkan untuk bekerja dengan semangat tinggi untuk menda’wahkan ideologinya,
yang dengan itu otomatis akan memperbesar jumlah mereka.
b.
Dengan
demikian, akan tampak di mata musuh bahwa mereka tidak bisa lagi meragukan
posisi mereka yang salah.
c.
Hal itu
juga akan menyemangati umat (yang kebanyakan tak punya tempat tinggal, miskin,
dan dikelilingi musuh), untuk berjuang lebih keras dan berani.
d.
Mereka
juga akan selalu siap untuk menghadapi ancaman militer, yang bisa datang dari
setipa penjuru untuk menekan dan menghancurkan ideologi mereka. Mereka akan
siap untuk berjuang mati-matian tanpa peduli seberapa besar kekuatan musuh.
e.
Mereka
juga harus membangun keberanian untuk melenyapkan sifat dan cara buruk, demi
tegaknya cara hidup Islami.
Pada masa pewahyuan surat
Al-Baqarah, berbagai bentuk kemunafikan mulai muncul. Karena itulah, Allah
memberitahukan ciri-ciri kemunafikan tersebut. Dan ketika sifat-sifat buruk
mulai muncul Allah pun mengajarkan bagaimana cara menghadapinya.
Tema: Bimbingan
Sursat ini berisi ajakan untuk
mengikuti bimbingan Allah. Semua kisah, peeristiwa, dan lain-lain, berputar di
sekitar tema inti ini. Karena surat ini juga dialamatkan kepada Yahudi, maka
banyak peristiwa sejarah dikutip dari sepak-terjang mereka, untuk
memperingatkan dan menasihati mereka bahwa kebaikan mereka terletak pada
penerimaan mereka terhadap bimbingan yang diwahyukan kepada Rasulullah saw. Mereka
dianjurkan untuk menjadi bangsa pertama yang menerima Al-Qurãn karena pada
hakikatnya isinya sama dengan yang dulu diajarkan kepada Nabi Musa. ***
*Shaheeh International Translation.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar