Minggu, 16 Maret 2014

Siapakah ‘Lawan Bicara’ Al-Qurãn?

Lawan bicara (mad’u; audience) Al-Qurãn (pada dasarnya) adalah semua orang di seluruh dunia (universal), tanpa batasan jenis kelamin, kebudayaan, atau kepercayaan keagamaan. Namun, secara khusus, ayat-ayat Al-Qurãn, dengan berbagai bentuk kalimat yang panjang maupun pendek, mengarahkan panggilannya kepada enam kelompok manusia seperti di bawah ini.
  1. Umat manusia: Ayat-ayat yang menempatkan manusia secara umum sebagai lawan bicara biasanya berisi ajaran universal, peringatan-peringatan, dan kabar gembira. Kalimat-kalimatnya biasanya dimulai dengan seruan “Hai manusia” (yaa ayyuhan-nasu) atau “Hai Anak Adam”. Seruan-seruan ini bisa ditemukan dalam surat-surat yang turun pada awal pewahyuan, yang dikenal sebagai Ayat-ayat Makkiyah.
  2. Para mu’min: Ayat-ayatnya berisi pesan tentang perilaku dan etiket (akhlãq) Muslim dan sering kali merupakan perkenalan sebuah hukum. Selain itu juga bisa ditemukan peringatan tentang bahaya dari jalan hidup yang salah, dan kabar gembira bagi mereka yang istiqamah serta teguh bertahan dalam iman. Ayat-ayatnya biasanya dimulai dengan seruan “Hai orang-orang beriman” (yaa ayyuhal-ladzīna ãmanû), atau diakhiri dengan kesimpulan “ini berlaku/ditujukan kepada orang-orang beriman.”
  3. Ahli Kitab: Al-Qurãn banyak memperhatikan Yahudi dan Nasrani sebagai para penerima wahyu terdahulu. Mereka disapa dengan panggilan “Ahlul-Kitãb.” Al-Qurãn menggunakan kisah-kisah para rasul dari ketiga umat untuk mengingatkan mereka atas pesan universal berupa kapasrahan terhadap Allah. Kadang kala Al-Qurãn menyerukan pesan bagi ketiganya secara terpisah. Misalnya, setelah para Muslim awal hijrah dari Makkah ke Madinah, Nabi Muhammad berinteraksi dengan suku-suku Yahudi dalam diskusi-diskusi dan debat tentang wahyu Al-Qurãn. Al-Qurãn memuat sejumlah ayat yang merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan Yahudi, dan juga menandai beberapa ketegangan yang terjadi di antara dua umat.
  4. Orang-munafik: Al-Qurãn memandang kemunafikan sebagai hal yang layak dibenci dan menggunakan kalimat-kalimat keras untuk mengutuknya. Ayat-ayat tentang orang-orang munafik biasanya berisi peringatan tentang sesuatu (azab) yang menunggu mereka di Akhirat, dan mengajak mereka untuk bertaubat (kembali) kepada iman yang benar.
  5. Penentang iman: Al-Qurãn banyak menyinggung mereka yang menolak da’wahnya dengan dalil-dalil (argumen) filosofis dan peringatan-peringatan. Mereka disebut sebagai orang kãfir. Istilah ini, oleh orang Arab, biasa digunakan untuk menyebut “orang yang tidak berterimakasih” (yaitu orang yang meningkari anugerah). Dalam sudut pandang Al-Qurãn, kekafiran (pengingkaran) terbesar adalah sikap ‘menutup telinga’ terhadap da’wah Al-Qurãn.[1]
  6. Para pembaca: Siapa pun anda, ketika membaca Al-Qurãn, akan merasakan bahwa anda sedang bercakap-cakap dengannya, yang di dalamnya kadang kala anda disuguhi pertanyaan-pertanyaan. Bahkan dalam satu surat saja (yaitu surat ke-55, Ar-Rahmãn), ada satu pertanyaan yang diulang sampai 31 kali. (Fa-bi-ayyi alã’i rabbikumã tukaddzibãn).
Al-Qurãn juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan penarik perhatian dengan cara yang akrab seperti, “Bukankah Dia mendapati kamu dalam keadaan yatim dan kemudian memberimu perlindungan? Dan dia mendapati dirimu dalam kesesatan, lalu memberimu pedoman? Dan dia mendapatimu dalam kemelaratan, lalu memberimu kecukupan? (93: 6-8).
——————
*** Tulisan ini diambil dan diterjemahkan dari “Islam for Dummies” (Amerika), yang mungkin dibuat oleh tim yg netral. Mungkin karena itu pada daftar di atas tidak ditegaskan bahwa Al-Quran juga menyebutkan Bani Isra’il sebagai lawan bicara. Selain itu, Nabi Muhammad sebagai lawan bicara langsung dengan peran-peran khususnya, misalnya dalam surat Al-Ahzab (ya ayyuhan-nabiyyu inna arasalnaka syahidan, wa mubasyiran, wa nadziran, wa da’iyan ilallahi, wa sirajan muniran) juga tidak disebut.
***Lebih lanjut silakan baca: http://www.dummies.com/how-to/content/identifying-the-audience-for-the-koran.html#ixzz0ms0KhMLi

[1] Istilah kãfir secara bahasa (ilmu sharf) berasal dari kata kerja kafara, yang berarti menutup. (AH)

Tidak ada komentar: